Sabtu, 28 Februari 2009
Fesband yang melelahkan
Selesai juga fesband yang ditunggu-tunggu. Sangat melelahkan.
2 kata yang pertama kali diucapkan ketika semua personil "the anonim" selesai tampil. Bukan karena loncat-loncat atau joged-joged pas mereka tampil, tapi karena nunggu mereka tampil. lamaaaa banget. Secara dapet undian nomor 30...
Tapi liat hasinya, ya tidak terlalu mengecewakan lah! Setidaknya kita ga rugi tiap hari "ditodong" buat nambahin sewa rental band...
Salut deh buat vokalisnya... Yang biasanya paling diem di kelas, ternyata bisa "garang" juga kalo di atas panggung...:-) hehehe
Buat hasilnya sih bukan tujuan utama, yang penting dalam prosesnya mereka sudah melakukan yang terbaik untuk X-1...
Kalau pada akhirnya "the Anonim" bisa menang, ya berarti itu bonusnya...hehehe
Jumat, 27 Februari 2009
Ketawa dnkz!!!!;-)
Di kelas 1 SD Seorang guru bahasa Indonesia sedang mengajarkan pelajaran tentang peribahasa.
Guru : "Anak-anak, apa lanjutannya peribahasa ini... 'Biar lambat asal......' "
Anak-Anak: "SELAMAAAAAAT, PPPAAAAKKKK!"
Guru : "Betul.. seratus buat anak-anak, sekarang peribahasa selanjutnya 'Lain padang lain belalang.....?' "
Anak-Anak: "LAIN LUBUK LAIN IKANNYA PPPPAAAAAKKKK !!!!!"
Guru : Pinter kalian! Sekarang apa lanjutannya.... 'Guru kencing berdiri...?'
Anak-anak: "SIAPA YANG MAU LIAAAAT !!!!!!!! EMANGNYA KAMI HIDUNG BELANG...HUUUUUUUU !!!!!"
Guru : ^#^#@^$@!@%$#^$&%*%&$##!!!!
Tolong Pukul Saya
Seorang touris dari Australia yang baru 3 hari mengunjungi Indonesia ingin melihat Borobudur.
Selama tinggal di hotel sederhana di Yogya ditemani seorang guide dari Indonesia, dan belajar bahasa Indonesia. Mulai dari cara bertanya "pukul berapa berapa? Harganya berapa?"
Suatu hari mereka pergi ke Borobudur naik bis murah meriah turunnya di terminal kumuh yang padat dan semrawut.
Tiba-tiba siTuris berteriak "Pukul...Pukul....Pukul saya," sambil menunjukkan ke pergelangan tangannya.
Si Guide dan orang sekitar pada bingung. Setelah tau rupanya yang dimaksud pukul adalah Jam tangannya yang telah dicopet.
Setetes es Cendol
Pada suatu hari ada seorang anak yang dari pagi mondar-mandir di depan rumahnya..
Ternyata anak itu menunggu penjual es cendol..
Dan saat tukang es cendol datang si anak lekas berlari menghampiri si tukang cendol, anak itupun bertanya:
Anak: "Mang..!! es cendol segelas berapa mang..??"
Tukang cendol: "Rp.1500 dik..!"
Anak: "Kalau setetes …??"
Tukang cendol: "Kalau setetes sih gratis dik..!"
Anak: "Kalau begitu tolong gelas saya tetesin es cendol sampai penuh..!"
Bangun Tengah Malam
"Nek, ketika Nenek dan Kakek punya bayi untuk pertama kalinya, pada saat tengah malam pernahkah Kakek sendiri yang bangun untuk memberikan susu pada bayinya?"
"Ohh ... nggak pernah, Nenek yang selalu melakukannya sendiri."
"Hhhmm ... saat itu pasti belum jamannya emansipasi wanita ya?"
"Bukan ... waktu itu belum ada botol susu untuk bayi."
Sumber: http://ketawa.com/
Dimana Rindumu ?
meresap kabut sesak yang kian merebak
ku lihat hati dalam ragaku yang kian memar
karena slalu tak henti menghisap asap kabut rindu
hatiku perlahan bertanya serentak...
mungkinkah dia yang ku rindu hatinya memar?
sama rasa yang sepanjang pascah ku alami ?
ku berlari berlawan dengan angin
berat rasa sama seperti sakitnya rindu
dimana rindumu ?
mungkinkah kau pun merindu ?
Amazing Indonesia
bentangan luas menyeluruh kedalam hati
perjuangan yang lama tuk melepaskan diri
gelap,pahit dan getirnya kau berdiri
tanpa menyerah berikan naluri
mampukah ku berikan jiwa dan raga
tuk bebaskan bangsa yang merana
membuat hati ini merasa bangga
menjalani hidup yang merdeka
tak hiraukan apapun yang terjadi
demi hidup berbangsa yang abadi
di bumi pertiwi ini
keindahan alammu yang menarik
membuat semua tertarik
berikan pujian-pujian yang baik
dengan berbagai budaya yang cantik
terlintas pikiran dihatiku
ingin jalani hidup bersamamu
bersama bangsa dan tanah airku
I LOVE Indonesia
I will become people
that is usefull for Indonesian Nation
Kamis, 26 Februari 2009
JENIS-JENIS PUISI
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun berkait.
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
- Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Bentuk dan Jenis-jenis Pantun
Di samping itu, pantun juga turut mempunyai kedudukan yang istimewa dalam pertumbuhan serta perkembangan puisi Melayu lama. Pantun sebagai jenis puisi Melayu lama yang tertua dan asli amat diminati. Ini terbukti, pantun digunakan secara meluas dalam kegiatan-kegiatan hidup harian dan seni budaya masyarakat Melayu lama, seperti dalam acara permainan, hiburan, majlis keramaian, adat istiadat atau upacara. Justru itu, pantun pantun dari segi isi atau temanya terdapat beberapa jenis. Antaranya yang penting tentang teka-teki, jenaka, kasih sayang, nasihat, budi, nasib, perantau, adat, kepahlawanan, peribahasa, kias ibarat dan agama. Meskipun begitu, penentuan jenis-jenis isi atau tema tersebut bukanlah mutlak. Ini kerana dalam setiap jenis isi pantun itu, lazimnya terdapat juga isi atau persoalan lain. Penentuannya lebih dilihat pada isi yang menjadi latar dan dasar perkembangannya dengan isi atau persoalan lain yang berhubungan.
Pantun yang isinya mengemukakan tentang "nasihat", "adat" dan "agama" pada umumnya adalah mudah dikenali serta difahami. Pantun "nasihat" misalnya, lebih jelas bersifat mengajar atau memberi nasihat ke arah melakukan sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk.Walaupun demikian, isi tentang "adat" dan "agama" tidak kurang pula yang lebih serius serta mendalam persoalan isinya. Umapamanya, persoalan adat yang berkaitan dengan norma-norma adat, peraturan atau undang-undang dan persoalan agama yang berkaitan dengan Keesaan Allah dan balasan hari kemudian.
Pantun jenis "peribahasa" juga mudah dikenali, iaitu melalui penyampaian isinya menggunakan peribahasa-peribahasa yang begitu jelas bentuk serta susunannya. Bagi pantun "kias dan ibarat" pula, sesuai dengan namanya maka setiap isi yang disampaikan atau dikemukakan itu adalah bersifat kiasan, ibarat atau perbandingan. Dengan demikian, pernyataan isinya selalu ditemui dalam bentuk peribahasa; tetapi gambaran pernyataannya lebih halus, luas dan mendalam. Pada pantun "teka-teki" yang memerlukan jawapan adalah merupakan satu daripada alat untuk menggerakkan cara berfikir secara spontan dam membina kemahiran berfikir dengan tepat.
Pantun "jenaka" yang unsur kejenakaan atau kelucuannya terhasil daripada gambaran keanehan dan keganjilan perlakuan itu, terdapat unsur-unsur pengajaran, nasihat dan sindirannya di dalamnya.
Rumus-rumus Trigonometri
sin(a + b) = sin a cos b + cos a sin b
cos(a + b) = cos a cos b - sin a sin b
tg(a + b ) = tg a + tg b
1 - tg2a
SELISIH DUA SUDUT (a - b)
sin(a - b) = sin a cos b - cos a sin b
cos(a - b) = cos a cos b + sin a sin b
tg(a - b ) = tg a - tg b
1 + tg2a
SUDUT RANGKAP
sin 2a = 2 sin a cos a
cos 2a = cos2a - sin2 a
= 2 cos2a - 1
= 1 - 2 sin2a
tg 2a = 2 tg 2a
1 - tg2a
sin a cos a = ½ sin 2a
cos2a = ½(1 + cos 2a)
sin2a = ½ (1 - cos 2a)
Secara umum :
sin na = 2 sin ½na cos ½na
cos na = cos2 ½na - 1
= 2 cos2 ½na - 1
= 1 - 2 sin2 ½na
tg na = 2 tg ½na
1 - tg2 ½na
JUMLAH SELISIH DUA FUNGSI YANG SENAMA
BENTUK PENJUMLAHAN ® PERKALIAN
sin a + sin b = 2 sin a + b cos a - b
2 2
sin a - sin b = 2 cos a + b sin a - b
2 2
cos a + cos b = 2 cos a + b cos a - b
2 2
cos a + cos b = - 2 sin a + b sin a - b
2 2
BENTUK PERKALIAN ® PENJUMLAHAN
2 sin a cos b = sin (a + b) + sin (a - b)
2 cos a sin b = sin (a + b) - sin (a - b)
2 cos a cos b = cos (a + b) + cos (a - b)
- 2 sin a cos b = cos (a + b) - sin (a - b)
PENJUMLAHAN FUNGSI YANG BERBEDA
Bentuk a cos x + b sin x
Merubah bentuk a cos x + b sin x ke dalam bentuk K cos (x - a)
a cos x + b sin x = K cos (x-a)
dengan :
K = Öa2 + b2 dan tg a = b/a Þ a = ... ?
Kuadran dari a ditentukan oleh kombinasi tanda a dan b sebagai berikut
| I | II | III | IV |
a | + | - | - | + |
b | + | + | - | - |
keterangan :
a = koefisien cos x
b = koefisien sin x
Pantun Melayu Lama
Sutan Muda dari Lampung,
Memikul cangkul dengan bajak,
Singgah minum di lepau nasi;
Sudah serkah tempat bergantung,
Telah patah tempat berpijak,
Budi yang baik tetap di hati
Banyak orang di Bukit Cina,
Daun nanas serak-serakan,
Burung tempua di pohon saga;
Zaman sekarang ringgit berguna,
Emas perak jadi taruhan,
Budi baik terpinggir juga.
Padi bukit padi huma,
Taruh mari di dalam peti,
Dibawa orang ke Tanjung Jati;
Budimu tuan saya terima,
Sudah terlekat di dalam hati,
Terpahat kukuh hingga ke mati.
Buah lada lebat di pangkal,
Gugur daun dengan buahnya,
Dibawa dagang pergi seberang;
Sungguh ringgit penuh sekapal,
Budi tiada apa gunanya,
Nama pun tidak disebut orang.
Dari Johor ke Majapahit,
Singgah berlabuh di Pulau Bangka,
Ambil muatan gula dan rempah;
Jika masyhur budi yang baik,
Jangan pula mengada-ngada,
Orang keliling jadi menyampah.
(Sumber: Hamidah Adam, Batu Pahat, Johor, 2001)
Sastra Melayu
Sastra Melayu Klasik bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah.
Dokumen pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu klasik adalah sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja João III di Portugal dan bertarikhkan tahun 1521 Masehi.
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
1. 1. 1. Gurindam Lama
contoh :
- Pabila banyak mencela orang
- Itulah tanda dirinya kurang
-
- Dengan ibu hendaknya hormat
- Supaya badan dapat selamat
- Dengan ibu hendaknya hormat
1. 1. 2. Gurindam Dua Belas
Kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.
1. 2. Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
1. 3. Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedia adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Contoh
Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu masih bertanya pula
1. 4. Pantun
Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak ab-ab atau aa-aa. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna); dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Contoh Pantun
Kayu cendana diatas batu Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
1. 5. Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
contoh seloka 4 baris:
anak pak dolah makan lepat,
makan lepat sambil melompat,
nak hantar kad raya dah tak sempat,
pakai sms pun ok wat ?
- contoh seloka lebih dari 4 baris:
-
- Baik budi emak si Randang
- Dagang lalu ditanakkan
- Tiada berkayu rumah diruntuhkan
- Anak pulang kelaparan
- Anak dipangku diletakkan
- Kera dihutan disusui
- Baik budi emak si Randang
1. 6. Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud)
1. 7. Talibun
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Contoh Talibun :
- Kalau anak pergi ke pekan
- Yu beli belanak beli
- Ikan panjang beli dahulu
- Kalau anak pergi berjalan
- Ibu cari sanakpun cari
- Induk semang cari dahulu
1. 8. Lain-lain
Sumber: http://wapedia.mobi/id/Sastra_Melayu
Puisi Kahlil Gibran
Selamat datang kembali sayang
Angin syahdu mendendang senandung merdu
bait demi bait terlantun,
mekarkan kembang hidupkan taman.
Ini kisah gembira, tentang kembalinya sang Bayu nan
teduh;
Sang kawan sejati,
Sang teman sehati,
kala menatap Cinta.
Dinda, mengapa pergi demikian lama?
Tak tahukah engkau rindu tlah menggunung?
Kini engkau kembali, wahai putri jelita
Kini kerinduan tlah terobati,
Berganti gejolak yang tak kalah merisaukan;
Penantian akan Senyum yang kau tebar,
Senyum termanis dari jiwa yang Indah.
Dan,
Tanganpun terulur sambut semerbak kembang setaman;
“Mari dinda, warnai samudra dengan goresan pena.”
***”Karena itu, ajaklah perasaan menjunjung tinggi akal budi, meraih puncak-puncak getaran kebenaran sejati, keduanya mewujudkan sebuah simfony.”***[Kahlil Gibran]
~ Khalil Gibran ~
Indahnya kematian
Panggilan
Biarkan aku terbaring dalam lelapku,
kerana jiwa ini telah dirasuki cinta,
dan biarkan daku istirahat,
kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang.
Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini,
dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian,
dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.
Biarku istirahat di ranjang ini,
kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,
kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku,
dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku….
~ Khalil Gibran ~
sahabatku yang tertindas
Wahai engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan,
diberi makan pada dada penurunan nilai,
yang bermain sebagai seorang anak di rumah tirani,
engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur dengan airmata yang getir.
Wahai askar yang diperintah oleh hukum yang tidak adil oleh lelaki yang meninggalkan isterinya,
anak-anaknya yang masih kecil,
sahabat-sahabatnya,
dan memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita, yang mereka sebut ‘keperluan’.
Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung halamannya, tak dikenali di antara mereka yang mengenalinya,
yang hanya berhasrat untuk hidup di atas sampah masyarakat dan dari tinggalan atas permintaan dunia yang hanya tinta dan kertas.
Wahai tawanan yang dilemparkan ke dalam kegelapan kerana kejahatan kecil yang dibuat seumpama kejahatan besar oleh mereka yang membalas kejahatan dengan kejahatan,
dibuang dengan kebijaksanaan yang ingin mempertahankan hak melalui cara-cara yang keliru.
Dan engkau, Wahai wanita yang malang,
yang kepadanya Tuhan menganugerahkan kecantikan.
Masa muda yang tidak setia memandangnya dan mengekorimu,
memperdayakan engkau,
menanggung kemiskinanmu dengan emas.
Ketika kau menyerah padanya, dia meninggalkanmu. Kau serupa mangsa yang gementar dalam cakar-cakar penurunan nilai dan keadaan yang menyedihkan.
Dan kalian, teman-temanku yang rendah hati,
para martir bagi hukum buatan manusia.
Kau bersedih, dan kesedihanmu adalah akibat dari kebiadaban yang hebat,
dari ketidakadilan sang hakim, dari licik si kaya,
dan dari keegoisan hamba demi hawa nafsunya Jangan putus asa,
kerana di sebalik ketidakadilan dunia ini,
di balik persoalan, di balik awan gemawan,
di balik bumi, di balik semua hal ada suatu kekuatan yang tak lain adalah seluruh kadilan, segenap kelembutan, semua kesopanan, segenap cinta kasih.
Engkau laksana bunga yang tumbuh dalam bayangan.
Segera angin yang lembut akan bertiup dan membawa bijianmu memasuki cahaya matahari tempat mereka yang akan menjalani suatu kehidupan indah.Engkau laksana pepohonan telanjang yang rendah kerana berat dan bersama salju musim dingin. Lalu musim bunga akan tiba menyelimutimu dengan dedaunan hijau dan berair banyak.Kebenaran akan mengoyak tabir airmata yang menyembunyikan senyumanmu. Saudaraku, kuucapkan selamat datang padamu dan kuanggap hina para penindasmu.
~ Khalil Gibran ~
tanya sang anak
Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibuSerta seorang anak gadis muda dan naif!
Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!Ibu!
Mengapa aku dilahirkan wanita?Sang ibu menjawab,
“Kerana ibu lebih kuat dari ayah!
“Sang anak terdiam dan berkata,”Kenapa jadi begitu?
“Sang anak pun bertanya kepada sang ayah
!Ayah!
Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,”Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah!
Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab,” Iya,
kau adalah yang terkuat!”
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.
Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah!
Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,”Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!
“”Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?
” Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.
Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan.
“Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam.
Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!
Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”
~ Khalil Gibran ~
Kisahku
Dengarkan kisahku… .
Dengarkan,
tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku:
kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku..
Jika kita mencintai,
cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita.
Jika kita bergembira,
kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri.
Jika kita menderita,
kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam.
Jangan kau anggap bahawa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa,
dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat,
ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi.
Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran,
yang terbuka namun rahsia;
ia hanya dapat difahami melalui cinta,
hanya dapat disentuh dengan kebaikan;
dan ketika kita mencuba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal wap.
~ Kahlil Gibran ~
Semalam
Semalam aku sendirian di dunia ini,
kekasih; dan kesendirianku…
sebengis kematian…
Semalam diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…,
Di dalam fikiran malam.
Hari ini…
aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari.
Dan, ia berlangsung dalam seminit dari sang waktu yang melahirkan sekilas pandang,
sepatah kata, sebuah desakan dan… sekucup ciuman
~ Khalil Gibran ~
Nyanyian sukma
Di dasar relung jiwakuBergema nyanyian tanpa kata;
sebuah laguyang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihkudalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang,Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahayabintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahduYang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakahYang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam,Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyiDan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang beranimelagukan kidung suci Tuhan?
(Dari ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
~ Khalil Gibran ~
Syukur
Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran terpahat di bibir senyuman
~ Kahlil Gibran ~
Jalan cinta
Untuk anak-anakku,
Yang sedang bertanya-tanya
Tentang masa depan yang tersembunyi dan terbayang begitu jauh
Berharap-harap tentang hidup yang sedang dan akan dihadapinya
Anak-anakku,
yang sedang mencari keyakinan jiwa
Terhadap jiwa lain yang menjadi pasangan jiwanya
Anak-anakku,
Yang sedang gelisah
Menjalani hidup yang penuh ketidakpastian
Dan godaan-godaan yang memberatkan
Anak-anakku,
Yang semakin dewasa
Dan penuh dengan beban tanggungjawab kehidupan
Aku berdoa untuk kalian
Ya Allah,
Karuniakanlah kebajikan dan keteguhan hati kepada mereka
Jiwa-jiwa yang sedang tumbuh dewasa
Bersihkanlah jiwa mereka
Masukkanlah mereka dalam lindunganMu dan pemeliharaanMu
Anakku,
Pada mulanya engkau dan dia bertemu dalam ketidaksengajaan
Karena sejak mulanya adalah engkau dan dia dipertemukan
Oleh Tangan Gaib yang mengatur kehidupan
Dan sejak engkau bertemu lelaki bermata kuat
Dengan tatapannya yang tajam
Ada yang tersentak dari dalam dadamu
Engkau sering menyendiri duduk dalam gelap
bersenandung nyanyian kasmaran
Dan tersenyum entah untuk siapa
Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang
memahat langit dengan angan-angan
mengukir malam dengan bayang-bayang
Jangan hanya diam engkau simpan dalam duduk termenung
Malam yang engkau sapa lewat tanpa jawab
Bersikaplah jujur dan terbuka
Tumpahkanlah perasaan yang sarat dengan cinta yang panas bergelora
Barangkali takdir tengah bicara
Telah datang seorang lelaki diperuntukkan buatmu
Dan pandangan matanya memang khusus buatmu
Mengapa engkau harus sembunyi dari kenyataan
Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
Bergegaslah bangun dari mimpi
Atau engkau akan kehilangan keindahan yang tengah engkau genggam
Anggap saja takdir tengah bicara
Ia datang dari langit buatmu dan pandangan matanya khusus buatmu
Engkau akan segera menyadari
Keadaannya tidaklah jauh berbeda
Takdir tengah bicara kepadanya
Ada yang tersentak dari dalam dadanya
Sejak ia bertemu denganmu gadis bermata lembut
Dan tatapanmu yang sejuk
Ia mengasingkan diri dari keriuhan
Merenungi keajaiban ruhaniah yang menggetarkan jiwanya
Bermalam-malam lewat tanpa jawab
Berharap-harap ia bertemu lagi denganmu
Menyusun angan-angan duduk berdua di bawah pohon cemara
Dan bercerita tentang sepasang burung yang bercumbu di atas dahan
Ia menyematkan kembang di rambut telinga kananmu
Lalu waktu yang engkau dan dia bayangkan pun tiba
Engkau bertemu dengannya berdiri di dekat duduknya
Tetapi ia hanya duduk terdiam
Engkaupun hanya berdiri terpaku berharap-harap
Ia berdiri mendekat ke hadapanmu dan menyapamu
Angin dan daunan dan waktu bercanda menunggu
Tetapi engkau dan dia tidak beranjak menyambut suara alam
Yang mengabarkan harapanmu terhadapnya
Dan mengabarkan hasratnya terhadapmu
Keraguanlah yang menyelimuti langkahmu
Engkau ragu keliru memahami pandangan matanya
Ketakutanlah yang menyelubungi langkahnya
Ia takut menemui kenyataanmu yang berbeda
Waktu berlalu dan engkau dan dia berlalu
Sejak ia berlalu dari hadapanmu
Sepi menggelayut di dalam dadamu dan rindu bayang-bayangnya
Sejak engkau berlalu dari hadapannya
Di dadanya bergelayut sepi dan rindu bayang-bayangmu
Engkau dan dia memang tidak seperti kanak-kanak lagi
Kanak-kanak tidak pandai berdusta apalagi terhadap perasaan di dada
Kanak-kanak yang begitu jujur tentang apa yang disukainya atau
dibencinya
Dan disampaikannya dengan tanpa beban
Sedang engkau menyembunyikan darinya
Perasaanmu yang bergelora
Dan dia menyembunyikan darimu
Hasratnya yang membara
Kedua-duanya bersembunyi dibalik harga diri
Mengapa engkau dan dia tidak bersegera mengikuti panggilan jiwa
Yang disatukan Tangan Gaib dalam cinta
Anugerah yang mengejawantah dalam dirimu dan dirinya
Pabila cinta telah memanggilmu ikutilah jalannya
Meski dibalik sayapnya yang anggun
Tersimpan pedang tajam melukaimu
Yakinlah anugerah gaibNya akan membimbing engkau dan dia
Dalam perjalanan yang menggembirakan betapa pun jauhnya
Apabila anugerah cinta telah melingkupi jiwamu dan jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipertemukan
Betapapun engkau tidak menginginkan
Atau dia tidak menghendaki
Apabila hanya hasrat dan gelora nafsu yang melingkupi jiwamu dan
jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipisahkan
Betapapun engkau ingin menemukannya
Atau dia ingin menemukanmu
Sesungguhnya atas kehendakNyalah engkau dan dia dipertemukan atau
dipisahkan
Nampaknya kegelisahanmu dan hasratnya
Hendak dipertemukan olehNya dalam cinta
Sehingga waktu membuatmu sering berhadapan dengannya
Dan ruang sering menempatkannya di dekatmu
Lalu engkau dan dia menjadi lebih mudah berbicara
Dan mendekatkan jiwamu dengan jiwanya
Sampai tiba waktu yang engkau dan dia tunggu
Benih yang dianugerahkan untukmu dan untuknya
Telah mulai bersemi dan tumbuh sebagai pohon cinta dengan cepatnya
Kalian menjadi sepasang kekasih yang saling mengikat janji setia
Sepasang kekasih saling menumpahkan perasaan
Mengikat waktu dengan memadu rindu
Saling bercerita tentang kegembiraan
Saling bercerita tentang kesedihan
Saling membagi tentang harapan dan beban
Memupuk pohon cinta dengan terbuka
Kepercayaan dan keikhlasan tentang hidup yang nampak atau tersembunyi
Memberikan dengan segala kerelaan kesempatan dan dukungan
Meminta dengan lembut pembelaan dan perlindungan
Memberikan pengertian dengan sepenuh hati dan pikiran
Sepasang kekasih saling menjaga dan memelihara
Karena ada kalanya di tengah waktu
Datang masa-masa yang mengganggu dan membingungkan
Menjadi masalah dan kemarahan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling membenci
Tentang keadaannya yang tidak engkau inginkan
Tentang keadaanmu yang tidak dia inginkan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling berdiam
Tentang ketidakmengertiannya terhadap keinginanmu
Tentang ketidakmengertianmu terhadap keinginannya
Anugerah cinta, harapan dan kedewasaan yang membimbing kalian
Membawamu kembali mendekat kepadanya
Membawanya kembali mendekat kepadamu
Lalu kalian saling bercerita
Tentang pemeliharaan dan penjagaan sepasang kekasih
Lalu kalian saling mengingatkan tentang pohon cinta yang kalian
ikrarkan
Di sepanjang perjalanan selalu datang kabut
Mengaburkan pandangan dan menghalangi tujuan hidup
Kekuatanmu dan kekuatannya dan anugerah cinta yang dapat
membersihkannya
Maka hanya kepadaNya berlindung dan berserah diri
Sepasang kekasih memohon penjagaan dan pemeliharaan
Sepasang kekasih memohon limpahan kasih sayang
Pohon cinta tumbuh subur dan semakin dewasa
Akarnya semakin kuat dan pokoknya semakin kokoh
Daunnya semakin rimbun meneduhi
Pohon dewasa yang siap berbunga dan berbuah
Dalam jiwamu mulai tumbuh perasaan-perasaan baru
Tentang tujuan dan harapan pohon cinta
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Engkau menjadi putik benih bagi hidup baru
Dan dia menjadi sari menghidupkan benih
Dalam jiwanya mulai tumbuh gagasan-gagasan baru
Tentang kedewasaan pohon cinta dan tujuan dan harapannya
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Akankah dia menikmatinya bermusim-musim
Malam-malam berlalu tanpa jawab
Kegelisahanmu dan kegundahannya dipertemukan dalam diam
Engkau tidak tahu bagaimana memulai kata ungkapan tentang perasaanmu
yang baru
Dia tidak tahu bagaimana menceritakan gagasannya yang baru
Kedewasaanmu dan kedewasaannya mendapat ujian
Menghadapi kenyataan dengan terbuka dan jujur
Bermalam-malam berlalu dengan doa
Engkau dan dia berdoa
Ya Allah,
Bersihkanlah diriku, jernihkanlah pikiranku, beningkanlah hatiku
Tunjukkanlah kepadaku keyakinan yang benar
Pilihkanlah bagiku asal yang baik dan akhir yang baik
Sampai tiba waktunya
Engkau dan dia dikuatkan
Saling membuka dan bercerita tentang hal yang sama
Dan kalian saling tertawa tentang kekakuan beberapa masa sebelumnya
Kalian saling memantapkan harapan dan tujuan
Kalian saling mengingatkan tanggungjawab dan kenyataan hidup
Kalian saling setuju hidup bersekutu
Maka atas KehendakNYa kalian dipersatukan
Atas NamaNya kalian menjadi Suami Istri dengan kasih sayang
Berjanji saling menjaga dan mengingatkan tentang kebaikan
Saling melindungi dan mendukung dalam kehidupan
Dan hidup menjadi lebih nyata dan membahagiakan
Begitulah kalian menjalani hidup bersekutu
Bulan-bulan berlimpah kegembiraan dan kesenangan
Memadu kasih dengan bahagia tanpa kesedihan dan kegelisahan
Seolah-olah hanya kalian berdua yang ada di dunia
Lalu waktu berjalan semakin panjang
Dan hidup menjadi semakin nyata
Keriuhan dan gejolak hidup menampakkan wujudnya
Engkau mengandung anakmu yang pertama
Lalu seperti mendapat jiwa lain bersemayam dalam tubuhmu
Engkau dan dia merasakan ikatan yang batin
Suamimu bergembira dan menjadi semakin dewasa
Sembilan bulan engkau menjaga anak dalam kandunganmu
Dengan susah payah yang bertumpuk
Ada kalanya engkau menyimpan marah dan kesal
Ada kalanya engkau begitu gembira dan bahagia
Penuh syukur dan doa kepadaNya
Ketika tiba saatnya
Beban kandungan semakin memuncak
Punggungmu semakin berat dan payah
Pinggangmu semakin pegal dan sulit bernapas
Anakmu mengabarkan waktunya semakin dekat
Dan engkau melahirkannya dengan kesulitan dan berat
Antara rasa hidup dan mati yang menyakitkan
Suamimu menjagamu dan menguatkanmu
Ketika suara tangis bayi terdengar
Manusia baru telah lahir di tengah-tengah keluargamu
Dan engkau merasakan kebahagiaan yang tinggi
Memeluk bayi basah begitu merah
Jiwamu penuh dengannya dan jiwanya mengenalimu sebagai ibunya
Udara seperti penuh malaikat-malaikat suci
Menyambut dengan doa kehadiran anakmu
Membisikkan kepadamu harapan-harapan dan janji dari Tuhan
Hidupmu menjadi begitu berharga dan mulia
Dan mendapat tempat istimewa di surgaNya
Engkau menjadi ibu
Suamimu menjadi bapak
Engkaupun mengasuh dan memeliharanya
Dengan kasih sayang yang berlimpah
Jiwamu terikat dengan jiwanya
Air susu yang engkau minumkan kepadanya
Menjadi air jiwa bagi anakmu
Dan kebahagiaannya meminum air susumu
Menjadi tali yang tidak pernah putus bagimu
Kemanapun engkau bepergian
Yang ada dalam hati dan pikiranmu hanyalah wajah mungilnya
Maka bila tiba waktu pulang
Engkau bergegas dan cepat-cepat hendak sampai rumah
Di halaman engkau dengar tangisnya
Ia mencium aroma tubuhmu lewat angin
Hatimu tersayat-sayat penuh dengan rasa rindu bergumpal-gumpal di
dadamu
Air susumu menetes karenanya
Tidak sabar engkau angkat dan engkau cium wajahnya
Disambutnya engkau dengan senyum dari mulut mungil
Dan mata lucu yang merasa aman pelindungnya telah datang
Diusap-usapnya dengan kedua tangan mungil kulit wajahmu yang lekat di
wajahnya
Seolah-olah dapat dipastikan olehnya halus kulit wajahmu
Matanya semakin berbinar
Mendapati air susumu yang segar dan menyehatkan
Dan hatimu semakin bersinar
Kebahagiaan yang bertumpuk di atas kebahagiaan
Engkau lupakan semua lelah dan payah yang engkau jalani
Menungguinya bermalam-malam tanpa tidur
Ketika merengek ia basah oleh ompol atau kotoran
Ketika menangis ia tengah malam haus atau lapar
Waktu terus berjalan
Engkau melihat anakmu tumbuh berkembang
Belajar berguling dan menengkurapkan tubuhnya
Belajar merangkak dan berjalan
Dan mengucapkan kata-katanya yang pertama
Engkau mengajarinya memanggilmu ibu
Dan memanggil suamimu bapak
Engkau mengajarinya tentang alam
Api itu panas es itu dingin
Obat itu menyembuhkan racun itu mematikan
Engkau mengajarinya makan dan memakai baju
Menyisirkan rambutnya
Sambil bersenandung lagu kesukaannya
Dan menggumam betapa eloknya anakmu
Kesukaanmu kepadanya bertambah-tambah
Ikatanmu terhadapnya semakin kuatnya
Sedikit saja ia luka terjatuh atau tersayat pisau
Engkau begitu khawatirnya
Seolah-olah darah yang tumpah itu adalah darahmu sendiri
Dan kulitmulah yang tersayat atau luka
Begitu sayangnya engkau kepadanya
Sehingga yang engkau ucapkan adalah rasa marah
Yang lalu rasa sedihmu sebab telah memarahinya
Membuatmu menggendongnya dan mengusap lembut lukanya
Dengan obat yang paling lunak tetapi menyembuhkan
Engkau melihat anakmu tumbuh semakin dewasa
Dan menghadapi hidup dengan jalannya sendiri
Engkau semakin kesulitan menghadapinya
Seolah-olah ia tidak dapat mengerti keinginanmu
Dan engkau tidak lagi mengerti keinginannya
Ia hidup dengan teman-temannya sendiri
Berbicara sedikit denganmu dan dengan suamimu
Ia seolah-olah semakin jauh
Engkau bimbang dan gagap menghadapi dunianya yang berubah
Rasa cintamu kepadanya begitu ingin
Mengikatnya dalam rengkuhanmu
Mengamankannya dalam dekapanmu
Menggendong dan mengelus wajahnya seperti ketika ia kecil
Sedang gagasanmu tentang tantangan hidupnya begitu ingin
Membebaskannya melakukan pencarian
Mendukungnya tumbuh dan belajar menghadapi masa depannya
Melepaskannya untuk hidup dalam masanya
Sampai tiba waktunya ia benar-benar menjadi dewasa
Dan memahami duniamu dengan lebih leluasa
Dan engkau memahami dunianya dengan lebih lega
Percaya dan ikhlas tentangnya
Yakin karena engkau telah membimbingnya dengan benar
Maka engkau berdoa untuk anakmu setiap malam dalam sujud
Ya, Allah,
Tunjukkanlah kepada anakku jalan yang benar
Dekatkanlah ia kepada jalanMu
Bimbinglah ia, jagalah ia, lindungilah ia
Berikanlah kepadanya keteguhan dan keyakinan yang kuat
Tabahkanlah ia menghadapi hidup
Dan sabarkanlah kami dan bimbinglah kami orang tuanya
Ya Allah,
Kami berserah diri kepadaMu
Tiba waktu bagi anakmu menemukan kekasihnya
Seperti engkau ketika muda
Engkau begitu ingin melihat kekasihnya
Dililit rasa cemburu karena perhatiannya kepadamu
Tidak lagi seperti dahulu
Ia lebih banyak bersama kekasihnya daripada bersamamu
Dan ketika bersamamu
Ia lebih banyak bercerita tentang kekasihnya daripada tentangmu
Engkau merasa akan tiba waktunya
Dan ketika anakmu menikahi kekasihnya
Waktu pun tiba
Engkau berpisah dengannya
Anakmu menjalani hidup sendiri
Mendiami rumahnya sendiri
Bersama dengan istrinya seperti engkau dahulu
Dan hidupmu seolah-olah kesepian
Waktu terus berputar
Dan kalian berdua menjadi begitu tua
Rambut memutih dan tubuh melemah
Kenangan berjalan satu-satu di depan mata
Engkau menjadi memiliki kesadaran dan memahami
Hidup ini bisa begitu mudah atau rumit
Tergantung bagaimana engkau melihat dan menjalaninya
Sekarang engkau telah tua sehingga engkau melihat
Apa yang dahulunya engkau anggap
Sebagai kerumitan dan kesulitan yang besar
Ternyata hanyalah hal yang sederhana dan mudah saja
Ternyata engkau lahir bukan untuk bersiap-siap menghadapi hidup
Engkau lahir adalah untuk hidup dan menjalani hidup
Engkau lalu menjadi begitu pasrah dan ikhlas
Menerima waktu yang semakin habis
Tubuhmu menjadi sakit dan terbaring di dipan
Anak-anakmu yang dekat maupun yang jauh berdatangan
Berdoa dan memohonkan ampun di samping dipan
Mengantarkanmu memenuhi waktu terakhir
Sampai akhirnya engkau pergi meninggalkan dunia dengan tenang
Anak-anakmu bahagia
Melihatmu tersenyum dengan tenang di saat terakhir
Menandakan keberhasilanmu menjalani hidup
Mereka mendoakan
Hidupmu lebih bahagia dan tenang
Di alam yang lebih kekal
Mereka bangga terhadapmu.
~ Kahlil Gibran ~
Kami dan kalian
Kalian tinggal dalam rumah kebodohan, karena
dalam rumah ini
Tiada cermin kaca buat memandang jiwa.
Kami menghela nafas panjang, dan
Dari keluhan ini
Terbitlah bisikan bunga-bunga dan gemerisik
Daunan
Dan bisikan anak sungai ..
Kami hiba akan kekerdilanmu setara kebencian
Kalian
Akan Kejayaan kami; antara rasa hiba kami dan
Kebencian kalian, sang waktu berhenti tertahan.
Kami mnenghampirimu sebagai teman, tapi kalian
menyerang kami sebagai musuh; antara
persahabatan
Kami dan permusuhan kalian, terbentang jurang
dalam
Yang dialiri darah dan airmata.
~ Kahlil Gibran ~
Untuk ibu pertiwi
Bukit-bukit di negeriku kini tenggelam
Oleh darah dan air mata
Apa yang dapat dilakukan oleh seorang anaknya yang merantau?
Untuk masyarakatnya yang sengsara?
Apa pula gunanya keluh-kesah
Seorang penyair yang sedang tidak di rumah?
Seandainya rakyatku mati dalam pemberontakan menuntut nasibnya,
Aku akan berkata “Mati dalam perjuangan
Lebih mulia dari hidup dalam penindasan”
Tapi rakyatku tidak mati sebagai pemberontak
Kematian adalah satu-satunya penyelamat mereka,
Dan penderitaan adalah tanah air mereka
Ingatlah saudaraku,
Bahawa syiling yang kau jatuhkan
Ke telapak tangan yang menghulur di hadapanmu,
Adalah satu-satunya jambatan yang menghubungkan
Kekayaan hatimu dengan cinta di hati Tuhan.
~ Kahlil Gibran ~
Alam dan manusia
Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya, “Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?’ Dan sungai itu menjawab, ‘Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk.”
Dan aku mendengar burung-burung menangis, dan aku bertanya, “Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?”
Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku, dan hinggap di hujung sebuah cabang pohon dan berkata, “Anak-anak Adam akan segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya. Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain, sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi.”
Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri, ‘Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?’
~ Kahlil Gibran ~
Cinta
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta menggamitmu, ikutlah ia
Walaupun jalan-jalannya sukar dan curam
Pabila ia mengepakkan sayapnya,
Engkau serahkanlah dirimu kepadanya
Walaupun pedang yang tersisip pada sayapnya akan melukakan kamu.
Pabila ia berkata-kata
Engkau percayalah kepadanya
walaupun suaranya akan menghancurkan mimpimu
seperti angin utara yang memusnahkan taman-taman
kerana sekalipun cinta memahkotakan kamu
Ia juga akan mengorbankan kamu
walaupun ia menyuburkan dahan-dahanmu
ia juga mematahkan ranting-rantingmu
walaupun ia memanjat dahanmu yang tinggi
dan mengusap ranting-rantingmu yang gementar
dalam remang cahaya matahari
ia juga turun ke akar-akarmu
dan menggoncangkannya dari perut bumi
Seperti seberkas jagung
ia akan mengumpulmu untuk dirinya
membantingkanmu sehingga engkau bogel
mengayakkanmu sehingga terpisah kamu dari kulitmu
mengisarkanmu sehingga engkau menjadi putih bersih
mengulimu agar kamu mudah dibentuk
dan selepas itu membakarmu di atas bara api
agar kamu menjadi sebuku roti yang diberkati
untuk hidangan kenduri Tuhanmu yang suci
Semua ini akan cinta lakukan kepadamu
supaya engkau memahami rahsia hatinya
dan dengan itu menjadi wangi-wangian kehidupan
tetapi seandainya di dalam ketakutanmu
engkau hanya mencari kedamaian dan nikmat cinta
maka lebih baiklah engkau membalut dirimu
yang bogel itu
dan beredarlah dari laman cinta yang penuh gelora
ke dunia gersang yang tidak bermusim
di sana engkau akan ketawa
tetapi bukan tawamu
dan engkau akan menangis
tetapi bukan dengan air matamu
Cinta tidak memberikan apa-apa melainkan dirinya
dan tidak mengambil apa-apa melainkan daripada dirinya
cinta tidak mengawal sesiapa
dan cinta tidak boleh dikawal sesiapa
kerana cinta lengkap dengan sendirinya
Dan pabila engkau bercinta
engkau tidak seharusnya berkata
“kejadian adalah hatiku,” sebaliknya berkatalah:
“aku adalah kejadian”
Dan janganlah engkau berfikir
engkau boleh menentukan arus cinta
kerana seandainya cinta memberkatimu
ia akan menentukan arah perjalananmu
Cinta tiada nafsu melainkan dirinya
tetapi seandainya kamu bercinta
dan ada nafsu pada cintamu itu
maka biarlah yang berikut ini menjadi nafsumu;
menjadi air batu yang cair
membentuk anak-anak sungai
yang menyanyikan melodi cinta
pada malam yang gelap gelita
untuk mengenal betapa pedihnya kemesraan
untuk merasa luka kerana engkau kini mengenali cinta
dan rela serta gembira
melihat darah dari lukanya
untuk bangun pada waktu fajar dengan hati yang lega
dan bersyukur untuk satu hari lagi yang terisi cinta
untuk beristirehat ketika matahari remang
untuk mengingati kemanisan cinta yang tidak terperi
untuk kembali ke rumahmu ketika air mati
dengan rasa kesyukuran di dalam hati
dan dalam tidurmu berdoalah untuk kekasihmu
yang bersemadi di dalam hatimu
dengan lagu kesyukuran pada bibirmu
(Dari ‘Sang Nabi’)
~ Kahlil Gibran ~
Cinta
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga
Mereka berkata tentang helang dan hering
Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai - di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu
Oh Cinta, yang tangan lembutnya
mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga
akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini
Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku,
Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku
Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati
(Dari ‘The Forerunner)
~ Kahlil Gibran ~
Cinta
Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap. Sambil mengeluh dia berkata, “Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama.”
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara bagai menyanyi dia berkata, “Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu dan generasi yang akan datang.’
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah, dia berkata, ‘Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya.’
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata, “Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian di depan matahari di siang hari.’
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata, “Cinta adalah ketidakpedulian yang buta. la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.’
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata, ‘Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.’
Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, ‘Cinta adalah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di lembah-lembah.’
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi, ‘Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran.’
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, “Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian.’
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata, “Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta.”
Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat. Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya.
~ Kahlil Gibran ~
Waktu
Dan seorang pakar astronomi berkata, “Guru, bagaimanakah perihal Waktu?”
Dan dia menjawab:
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat anak sungai, di mana atas tebingnya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesedaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahawa semalam hanyalah kenangan utk hari ini dan esok adalah harapan dan impian utk hari ini.
Dan yang menyanyi dan merenung dari dalam jiwa, sentiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Siapa di antara kalian yang tidak merasa bahawa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahawa cinta sejati, walau tiada batas, terkandung di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari fikiran cinta ke fikiran cinta, pun bukan dari tindakan cinta ke tindakan cinta yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbahagi dan tiada kenal ruang?
Tapi jika di dalam fikiranmu baru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkumi semua musim yang lain,
Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.
~ Kahlil Gibran ~
Dari petikan sang nabi(the prophert)
PERENGGAN 12
Seorang ahli hukum menyusul bertanya;
Dan bagaimana tentang undang-undang kita?
Dijawabnya;
Kalian senang meletakkan perundangan,
namun lebih senang lagi melakukan perlanggaran,
Bagaikan kanak-kanak yang asyik bermain di tepi pantai,
yang penuh kesungguhan menyusun pasir jadi menara,
kemudian menghancurkannya sendiri,
sambil gelak tertawa ria.
Tapi,
selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu,
sang laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ke tepi,
Dan pada ketika kau menghancurkan menara buatanmu,
sang laut pun turut tertawa bersamamu.
Sesungguhnya,
samudera sentiasa ikut tertawa,
bersama mereka yang tanpa dosa.
Tapi bagaimanakah mereka,
yang menganggap kehidupan bukan sebagai samudera,
dan melihat undang-undang buatannya sendiri,
bukan ibarat menara pasir?
Merekalah yang memandang kehidupan,
laksana sebungkal batu karang,
dan undang-undang menjadi pahatnya,
untuk memberinya bentuk ukiran,
menurut selera manusia,
sesuai hasrat kemahuan.
Bagaimana dia,
si tempang yang membenci para penari?
Bagaimana pula kerbau yang menyukai bebannya,
dam mencemuh kijang,
menamakannya haiwan liar tiada guna?
Lalu betapa ular tua,
yang tak dapat lagi menukar kulitnya,
dan kerana itu menyebut ular lain sebagai telanjang,
tak kenal susila?
Ada lagi dia,
yang pagi- pagi mendatangi pesta,
suatu keramaian perkahwinan,
kemudian setelah kenyang perutnya,
dengan badan keletihan,
meninggalkan keramaian dengan umpatan,
menyatakan semua pesta sebagai suatu kesalahan,
dan semua terlibat melakukan kesalahan belaka.
Apalah yang kukatakan tentang mereka,
kecuali bahawa memang mereka berdiri di bawah sinar mentari,
namun berpaling wajah, dan punggung mereka membelakangi?
Mereka hanya melihat bayangannya sendiri,
dan bayangan itulah menjadi undang-undangnya.
Apakah erti sang suria bagi mereka,
selain sebuah pelempar bayangan?
Dan apakah kepatuhan hukum baginya,
selain terbongkok dan melata di atas tanah,
mencari dan menyelusuri bayangan sendiri?
Tapi kau,
yang berjalan menghadapkan wajah ke arah mentari,
bayangan apa di atas tanah,
yang dapat menahanmu?
Kau yang mengembara di atas angin,
kincir mana yang mampu memerintahkan arah perjalananmu,
hukum mana yang mengikatmu,
bila kau patahkan pikulanmu,
tanpa memukulnya pada pintu penjara orang lain?
Hukum apa yang kau takuti,
jikalau kau menari-nari,
tanpa kakimu tersadung belenggu orang lain?
Dan siapakah dia yang menuntutmu,
bila kau mencampakkan pakaianmu,
tanpa melemparkannya di jalan orang lain?
Rakyat Orphalese,
kalian mungkin mampu memukul gendang,
dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi,
namun katakan,
siapakah yang dapat menghalangi,
burung pipit untuk menyanyi.
PERENGGAN 13
Seorang ahli pidato maju ke depan;
bertanyakan masalah kebebasan.
Dia mendapat jawapan;
Telah kusaksikan,
di gerbang kota maupun dekat tungku perapian,
dikau bertekuk lutut memuja Sang Kebebasan.
Laksana hamba budak merendahkan diri di depan sang tuan,
si zalim yang disanjung puja,
walaupun dia hendak menikam.
Ya, sampai pun di relung-relung candi,
dan keteduhan pusat kota,
kulihat yang paling bebas pun diantara kalian,
mengendong kebebasannya laksana pikulan,
mengenakannya seperti besi pembelenggu tangan.
Hatiku menitikkan darah dalam dada,
kerana kutahu,
bahawa kau hanya dapat bebas sepenuhnya,
pabila kau dapat menyedari;
bahawa keinginan untuk kebebasan pun,
merupakan sebentuk belenggu jiwamu.
Hanya jikalau kau pada akhirnya,
berhenti bicara tentang Kebebasan,
sebagai suatu tujuan dan sebuah hasil perbincangan,
maka kau akan bebas,
bila hari-hari tiada kosong dari beban fikiran,
dan malam-malammu tiada sepi dari kekurangan dan kesedihan.
Bahkan justeru Kebebasanmu berada dalam rangkuman beban hidup ini,
tetapi yang berhasil engkau atasi,
dan jaya kau tegak menjulang tinggi,
sempurna, terlepas segala tali-temali.
Dan bagaimana kau kan bangkit,
mengatasi hari dan malammu,
pabila kau tak mematahkan belenggu ikatan,
yang di pagi pengalamanmu,
telah engkau kaitkan pada ketinggian tengah harimu?
Sesungguhnyalah,
apa yang kau namai Kebebasan,
tak lain dari mata terkuat diantara mata rantai belenggumu,
walau kilaunya gemerlap cemerlang di sinar suria,
serta menyilaukan pandang matamu.
Dan sedarkah engkau,
apa yang akan kau lepaskan itu?
tiada lain adalah cebisan dari dirimu,
jikalau kau hendak mencapai kebebasan yang kau rindu.
Pabila yang akan kau buang itu,
suatu hukum yang tak adil,
akuilah bahwa dia telah kau tulis dengan tanganmu sendiri,
serta kau pahatkan diatas permukaan keningmu.
Mustahil kau akan menghapusnya,
dengan hanya membakar kitab-kitab hukummu,
tak mungkin pula dengan cara membasuh kening para hakimmu,
walau air seluruh lautan kaucurahkan untuk itu.
Pabila seorang zalim yang hendak kau tumbangkan,
usahakanlah dahulu,
agar kursi tahtanya yang kau tegakkan di hatimu,
kau cabut akarnya sebelum itu.
Sebab bagaimanakah seorang zalim,
dapat memerintah orang bebas dan punya harga diri,
jika bukan engkau sendiri membiarkannya,
menodai kebebasan yang kaujunjung tinggi,
mencorengkan arang pada harkat martabat kemanusiaanmu peribadi?
Pabila suatu beban kesusahan yang hendak kautanggalkan,
maka ingatlah bahwa beban itu telah pernah menjadi pilihanmu,
bukannya telah dipaksakan diatas pundakmu.
Bilamana ketakutan yang ingin kau hilangkan,
maka perasaan ngeri itu bersarang di hatimu,
bukannya berada pada dia yang kau takuti.
Sebenarnyalah, segalanya itu bergetar dalam diri,
dalam rangkulan setengah terkatup, yang abadi;
antara;
yang kauinginkan dan yang kau takuti,
yang memuakkan dan yang kausanjung puji,
yang kaukejar-kejar dan yang hendak kau tinggal pergi.
Kesemuanya itu hadir dalam dirimu selalu,
bagaikan Sinar dan Bayangan,
dalam pasangan-pasangan,
yang lestari berpelukan.
Dan pabila sang bayangan menjadi kabur, melenyap hilang,
maka sinar yang tinggal, wujudlah bayangan baru,
bagi sinar yang lain;
demikianlah selalu.
Seperti itulah pekerti Kebebasan,
pabila ia kehilangan pengikatnya yang lama,
maka ia sendirilah menjadi pengikat baru,
bagi Kebebasan yang lebih agung,
sentiasa.
~ Kahlil Gibran ~
Rahasia jodoh
Berpasangan engkau telah diciptakan
Dan selamanya engkau akan berpasangan
Bergandingan tanganlah dikau
Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala
Dalam ikatan agung menyatu kalian
Saling menataplah dalam keharmonian
Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan
Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula
Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan
Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian
Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam
Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan bersama pula dalam menikmatinya
Kerana alam dan kurniaan Tuhan
Terlampau luas untuk dinikmati sendirian
Bersamalah engkau dalam setiap keadaan
Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis
Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari,
bagi mereka yang mencuba
Dan bagi mereka yang mampu memahami erti hidup bersama
Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka
Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu
Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu
Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu
Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah
Bagai mata air kehidupan
Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa
Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala
Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama..
Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka
Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya
Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Sebab itulah simfoni kehidupan
Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya
Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri
Yang kalian temukan dalam dia
Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya
Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing?
~ Kahlil Gibran ~
Kasih sayang dan persamaan
Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan yang membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan nasibmu.
Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan keagungan bagi menempuh jalan kebenaran.
Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.
Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.
Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar fajar merekah.
Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong, hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya.
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam kuburan. Itu menandakan ketakutan.
Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang, akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran tentang Kasih Sayang dan Persamaan.
(Dari ‘Suara Sang Guru’)
~ Kahlil Gibran ~
Ciuman pertama
Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa dari air pancuran cinta.
Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan dan menyedihkan hati dengan takdir yang mengisinya dengan kebahagiaan.
Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan , bab pertama dari suatu novel tentang manusia.
Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu dengan kejayaan masa depan.
Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaan-perasaan dengan nyanyian- nyanyiannya.
Itulah satu kata yang diucapkan oleh sepasang bibir yang menyatukan hati sebagai
singgahsana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota.
Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari-jemari angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih.
Itulah permulaan getaran-getaran yang memisahkan kekasih dari dunia ruang dan matra dan membawa mereka kepada ilham dan impian-impian.
Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga.
Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama yang mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan.
~ Kahlil Gibran ~